ARTICLE AD BOX
Pebisnis hortikultura mengatakan penurunan serapan dari industri horeka sudah menjadi siklus. Walau demikian, tentu diharapkan permintaan meningkat.
Pasca pilkada (Rabu, 27/11) dan memasuki liburan Nataru (Natal dan Tahun Baru), permintaan hortikultura diharapkan normal kembali.
“Semoga setelah pilkada aman, pariwisata ramai kembali, sebagai pola sebelumnya. Bahkan supaya kunjungan semakin ramai. Pada minggu kedua Desember biasanya wisata normal lagi ” ujar Ketua Dewan Pengurus Daerah (DPD) Asosiasi Pengusaha Hortikultura Indonesia (Aspehorti) Bali, I Wayan Sugiartha, Rabu (27/11).
Karena kunjungan wisatawan menurun, volume permintaan dan pengiriman juga berkurang. Pengurangan sampai setengahnya.
Misalnya dalam sehari mengirim dan mendistribusikan 1.000-kilogram atau 1 ton, kini hanya 500 kilogram.
“Biasanya 4 mobil, kini cukup diangkut dengan 2 mobil saja,” ungkap Sugiartha pengusaha hortikultura dari Desa Blahkiuh, Kecamatan Abiansemal, Badung.
Sugiartha menegaskan hanya serapan pada industri horeka saja yang berkurang, sedang permintaan untuk pasokan pasar untuk konsumsi masyarakat tetap normal.
Hal itu karena jenis hortikultura termasuk dalam kelompok kebutuhan sehari-hari. Contohnya adalah kelompok sayur mayur. Diantaranya cabe, tomat, kol atau kubis, bawang dan yang lain.
Penurunan permintaan produk hortikultura menyebabkan harganya juga menyusut. Rata- rata penurunan sekitar Rp5.000 dari sebelumnya. Bawang merah dari
Rp30.000 menjadi Rp25.000 perkilo. Cabe dari Rp40.000 jadi Rp35.000 perkilo. Sedangkan mentimun Jepang dari Rp25.000 menjadi Rp20.000 perkilo. Sedangkan untuk selada kriting dan salada bulat, pengurangan harganya sampai Rp10.000, yakni dari Rp50.000 perkilo jadi Rp40.000.
Sedangkan harga buah-buahan relatif stabil. Semangka Rp8.000 perkilo. Melon Rp6.000 perkilo. Pepaya Rp6.000 perkilo dan nenas Rp7.000 perkilo.
“Para petani kita sudah tahu siklus ini, sehingga relatif tidak mengejutkan. Mereka juga mengatur pola produksi,” terang Sugiartha.
Data sementara kunjungan wisatawan, khususnya wisman pada bulan Oktober sebanyak 614.643. Jumlahnya berkurang dari kunjungan pada bulan September sebanyak 646.145.
“Jadi memang siklus, terjadi penurunan karena faktor low season,” ujar Wakil Ketua III GIPI (Gabungan Industri Pariwisata Indonesia) I Nyoman Astama, waktu sebelumnya.
Dia optimistis kunjungan wisman akan kembali meningkat memasuki liburan Nataru nanti. K17